Arab Pegon, Naskah Sunda Kuna Yang Diabaikan

Tulisan ini adalah arsip cadangan, sebelumnya dimuat pada laman Ayobandung.com tanggal 15 Agustus 2015.

Ilustrasi (4.bp.blogspot.com)

Bandung- Tulisannya meliuk-liuk layaknya  tulisan arab. Tapi jika dibaca, tulisan tersebut berlafal Sunda. Namanya adalah Arab Pegon atau naskah sunda kuna yang digunakan ketika Islam mulai masuk ke Tatar Sunda.

Sekitar abad ke-17 hingga ke-20, warga Sunda menggunakan arab pagon lantaran belum mengenal huruf latin. Awalnya, tulisan itu digunakan oleh para penghuni pesantren. Isi dari naskah sunda kuna ini biasanya berisi cerita, mantra, hingga jimat.

Meskipun berasal dari Tatar Sunda, naskah yang satu ini mayoritas bermukim di Belanda. Konon, naskah-naskah itu terbawa ke Belanda, ketika masa penajajahan Belanda berakhir di Indonesia.

Tidak banyak yang mengetahui tentang naskah ini. Tidak banyak pula yang bisa mengartikan naskah-naskah ini. Menurut Tim IT Perpustakaan dan Pusat Studi Sunda Ajip Rosidi, Ujang Taryana, hanya para peneliti yang mampu membacanya. Tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

“Mungkin karena tidak banyak juga orang yang peduli tentang ini,” katanya kepada wartawan saat ditemui di sela-sela pembukaan Perpustakaan dan Pusat Studi Sunda Ajip Rosidi.

Ujang menambahkan, saat ini Perpustakaan dan Pusat Studi Sunda Ajip Rosidi hanya memiliki 40 mikro film. Satu rol mikro film berisi 70 naskah. Dari jumlah tersebut, lanjut Ujang baru sekitar enam rol saja yang sudah melewati proses penerjemahan.

Beberapa naskah kuna yang ada di sana, dibawa langsung oleh Ajip Rosidi dari Leiden Belanda. Ajip tinggal di Leiden, Belanda selama satu bulan. Dia berniat menguras buku-buku dan bahan-bahan lainnya mengenai Sunda dan kebudayaannya yang terdapat di perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal -, Land – en Volkenkunde) dan Universiteit Bibliothek (UB Leiden). Tetapi, karena keterbatasan waktu, Ajip hanya mampu memfotokopi sekitar dua naskah yang ada di

“Jika sudah diterjemahkan, naskah-naskah ini nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk para peneliti atau orang yang tertarik pada kesundaan,” tambahnya.

Naskah-naskah sunda kuna yang terdapat di Perpustakaan dan Pusat Studi Sunda Ajip Rosidi ini bisa difoto kopi oleh para anggota. Lewat pustakawan, mereka bisa meminta izin untuk menggandakannya. Sementara yang bukan anggota, hanya bisa melihat dan membacanya di tempat.

Selain naskah sunda kuna, Perpustakaan dan Pusat Studi Sunda Ajip Rosidi juga menyimpan buku silsilah Sumedang. (Editor: Mega Anggraeni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *