Secara umum font aksara Sunda digunakan untuk mengetik pada komputer. Perangkat lunak yang paling sering digunakan untuk mengetik oleh kebanyakan orang tentunya adalah Microsoft Word. Sejak aksara Sunda terdaftar di Unicode, para pengembang font terus membuat font aksara Sunda dengan gaya yang lebih bervariasi dan mengikuti perkembangan teknologi font terkini.
Saya masih menemukan beberapa pengguna yang mengetikkan font aksara Sunda pada sistem operasi dan aplikasi pengolah kata versi lama, misalnya Windows 7 dan MS Word 2007 atau MS Word 2010. Sedangkan, font yang digunakannya dibuat belakangan dengan fitur dan teknologi baru. Hal ini akan menimbulkan masalah, terutama pada hasil tampilan aksara Sunda setelah pengetikan.
Beberapa masalah umum mengenai ketidaksesuaian tampilan aksara Sunda dapat disimak lebih lanjut dalam artikel berikut ini:
Font aksara Sunda pertama yang menggunakan pengkodean Unicode adalah font ‘Sundanese Unicode’ yang dirilis oleh Tim Unicode Aksara Sunda tahun 2008. Font tersebut menggunakan pemrograman Open Type untuk mengatur perpindahan posisi vokalisasi (terutama panéléng) agar bisa pindah secara otomatis ke sebelah kiri aksara dasar walaupun diketik setelah aksara dasar. Hal tersebut dilakukan karena pada saat itu belum ada teknologi yang mengatur perpindahan posisi otomatis aksara-aksara Indonesia agar dapat menampilkan kombinasi aksara yang benar.
Pada tahun 2015 Microsoft mengembangkan Universal Shaping Engine (USE) yang merupakan kelanjutan dari fitur complex text layout (Baca selengkapnya: “Windows Shapes the World’s Languages“) untuk mendukung teknologi Open Type. Dengan adanya teknologi USE, maka pembentukan kombinasi dan penempatan posisi aksara-aksara yang terdatar di Unicode dapat lebih mudah diterapkan tanpa harus membuat banyak kombinasi glif (glyph) dalam file font. Pada waktu itu aksara daerah Indonesia yang telah terdaftar pada teknologi USE adalah aksara Bali, Batak, Bugis, Jawa, Rejang, dan Sunda.
USE mulai diterapkan pada Windows 10 dan sistem operasi terbaru lainnya pada waktu itu. Demikian juga aplikasi-aplikasi pengolah kata yang mulai menerapkan teknologi USE ini. MS Word versi terbaru tentunnya menerapkan ini juga. Tetapi untuk MS Word dengan versi yang lebih lama tidak dilakukan penerapan USE, karena pengembangannya sudah tidak didukung lagi. Dalam konteks tulisan ini saya menggunakan produk Microsoft berlisensi resmi dan LibreOffice yang berlisensi bebas untuk menguji kesesuaian tampilan aksara Sunda. Untuk sistem operasi dan aplikasi hasil crack mungkin hasilnya bisa saja berbeda.
Dengan demikian ada beberapa kondisi yang terjadi ketika mengetik kata “béré”:
Dari keenam kondisi yang telah diidentifikasi, kita dapat melihat ada empat kondisi yang memungkinkan tampikan aksara Sunda yang benar, yaitu Kondisi 1, 3, 4, dan 6. Sedangkan dua kondisi lainnya, yaitu Kondisi 2 dan 5 akan menghasilkan tampilan aksara Sunda yang salah.
Mana yang Anda Gunakan?
Itu adalah pertanyaan sederhana untuk memeriksa kesesuaian aplikasi pengolah kata dan font yang anda gunakan. Silakan lihat keenam kondisi yang telah diuraikan tadi.
Beberapa Sistem Operasi dan Aplikasi yang Menerapkan USE
- Sistem Operasi: Windows 10, Linux, Mac OS, Android, iOS
- Browser web : Firefox, Chrome, Brave
- Pengolah kata : MS Word 2016, MS Word 365, LibreOffice
Berikan komentar jika anda mengetahui sistem operasi atau aplikasi lainnya.
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang benar, sebaiknya menggunakan sistem operasi, aplikasi pengolah kata, dan font terbaru yang telah menerapkan Universal Shaping Engine.
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.