Naskah Riau Berisi Kisah Ksatria Hang Tuah

Naskah kuno adalah kumpulan tulisan-tulisan terdahulu yang berusia berkisar kurang lebih 500 tahun yang lalu. Selain itu, naskah kuno juga menjadi catatan suatu sejarah dalam suatu bangsa atau kerajaan. Maka dari itu banyak yang menjadikan naskah-naskah kuno ini sebagai bahan penelitian.

Bidang kajian ilmu yang meneliti naskah-naskah kuno ini adalah Filologi. Filologi adalah ilmu yang mengkaji tentang sejarah, pranata, dan kehidupan suatu bangsa melalui naskah-naskah terdahulu. Melalui naskah kuno atau manuskrip itu sebuah bangsa dapat mengetahui sejarah atau kehidupan zaman dulu.

Salah satu kisah sejarah yang terdapat dalam manuscript adalah Hikayat Hang Tuah yang berasal dari Riau (Melayu). Manuscript tersebut dapat ditemukan di website Royal Asiatic Collection di Britania Raya (https://royalasiaticcollections.org). Website tersebut menyediakan hasil digitalisasi naskah-naskah kuno yang di antaranya banyak menggunakan Bahasa Melayu.

Dalam naskah Hikayat Hang Tuah itu diceritakan sosok ksatria yang hidup di kerajaan Malaka. Ksatria ini dikenal dengan sifatnya yang bijak, rendah hati dan sangat setia kepada rajanya. Ksatria itu bernama Hang Tuah. Hang Tuah adalah sosok pelindung bagi raja yang memiliki pedang luar biasa dahsyatnya untuk menuhus lawan atau menusuk. Penjelasan sifat Hang Tuah tersebut disampaikan pada teks pembuka (muqoddimah) naskah Hikayat Hang Tuah.

Transliterasi :

“Ini Hikayat hang tuah yang amat setia pada tuannya dan perlu sangat berubah kebangkitannya kepada tuannya segala perseorangan Raja. Raja itu terlalu bijak kerajaannya pada segala raja² dan seorangpun tiada menyamainya sekalian menurut titihannua (…..) Maka berapa pedang yang sudah terhunus kepada kiri kanan baginda itu dan berapa puluh bintara memekal pedang berasal emas yang bertitahkan. Artinya mati mengidamkan yang indah² maka apabila baginda bertitah pada segala raja-raja dan menteri maka bagindapun mendahuluinya”

Dari teks tersebut dapat diketahui bahwa pedang yang dimiliki oleh Hang Tuah telah menghunus banyak musuh baik dari sisi kanan maupun kiri. Menurut pakar sejarah, pedang tersebut diberi nama Taming Sari. Sepanjang perjalanan hidupnya, Hang Tuah mengalami berbagai macam fitnah salah satunya yang paling besar adalah Hang Tuah dituduh telah memperkosa salah satu dayang istana. Oleh karena itu, Hang Tuah diusir dari kerajaan dan digantikan oleh Hang Jebat. Pedang yang menemaninya itu lalu diberikan kepada Hang Jebat sesuai perintah sang raja.

Dengan menyimak sepenggal isi teks naskah Hikayat Hang Tuah tersebut, kita mendapatkan kesan bahawa naskah sangatlah penting untuk dilestarikan, karena mampu memberikan informasi sejarah kepada kita dan keturunan kita kelak.

Updated: 25 Juli 2022 — 14:44

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *