Juni 2021 lalu saya berkesempatan memeriksa Katalog Raisonne Naskah-Naskah Islam di Jawa Barat yang disusun oleh Viviane Sukanda Tessier dan Hasan M. Ambary (2004) untuk melacak informasi naskah-naskah yang berasal dari Cianjur, lalu sampai pada sebuah keterangan menarik. Dalam kategori Suluk, terdapat naskah berjudul “Kidung Rumeksa Ing Wengi” kode 92/Ms. 187 (hal. 623).
Demikian yang tertulis di katalog:
Kalimat awal:
Hana kidung rumaksa sawengi weruhna duk kina liwat tangise duk kang sare cili kang sawarsi lan kang sapa ta halih haran (yen) nyi…
Kalimat Akhir:
… wesi rinaksa wong sajagat wengi hing ngala denira kak(i) sapa kang rina…
Berdasarkan keterangan dalam katalog itu segi suluk lebih dipentingkan daripada segi mantra yang hanya menonjol dari beberapa pemakaian. Salinan dua belas baris pertama kidung rumeksa ing wengi sebagai sepertiga dari sebuah tulisan kuno yang tersimpan di daerah Cianjur, sekitar Pasir Hayam dengan aksara Jawa lama (sebelum standarisasi) dengan tidak diperbolehkan memotret dan hanya bisa menyalin sejumlah tersebut. Naskah sempat disalin oleh Atang Basori pada 9-3-1971 di Jl. Jailan, Cianjur.
Tulisan (naskah) tersebut sangat dikeramatkan bersama peninggalan lainnya, antara lain satu guci, tembikar, uang bolong berhuruf Tionghoa sebanyak sekitar seratus keping, seperti (bambu) tamiang berukuran dua tau tiga senti, baju seperti jubah dan bedog (golok).
Masyarakat pengagum peninggalan kuno ini, pada tahun 1971 adalah pendekar pencak silat Cianjur, aliran Bojong Herang dengan tokoh tertua yang masih hidup ialah Aki Manshur.
Saya jadi penasaran, mungkinkah naskah aslinya masih disimpan oleh ahli warisnya di Cianjur? Bagaimana hubungannya dengan “Mamaos, Ngaos, dan Maenpo”? Penasaran saya semakin besar, karena kebetulan rumah saya berada di daerah Pasir Hayam juga…
Naskah-naskah dari Cianjur menarik ditelusuri untuk melihat latar belakan budaya di Cianjur itu sendiri. Saya sempat sedikit mengulasnya di video ini:
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati aksara Nusantara dalam dunia digital.