Membuat Lukisan Kaligrafi Aksara Sunda

Melukis bukanlah keahlian saya. Tetapi kalau ditantang untuk mengeluarkan kreatifitas, hmm… boleh dicoba lah. Dengan berbekal pengetahuan tentang baca-tulis aksara Sunda dan sedikit imajinasi, saya mencoba membuat sebuah lukisan kaligrafi aksara Sunda. Lukisan dibuat sebagai salah satu contoh dalam penyampaian materi pada kegiatan Sosialisasi Kaligrafi Aksara Sunda beberapa waktu lalu.

Menggali Ide

Langkah pertama yang saya lakukan untuk membuat sebuah kaligrafi lukisan adalah menggali ide. Dengan karakteristik aksara Sunda yang khas dan mewakili jati diri orang Sunda, saya upayakan agar lukisan memiliki nilai positif yang dapat dimaknai. Saya memutuskan untuk membuat sebuah kalimat dalam bentuk wawangsalan. Wawangsalan adalah sejenis patun tebak-tebakan dalam sastra Sunda. Kalimat yang saya gunakan dalam ide ini adalah:

Teu beunang dirangkong kolong, teu beunang dipikahayang.
wangsal: hayam

Bentuk kalimat itu merupakan perpaduan cangkang (kulit) dan eusi (isi), sedangkan wangsal (jawaban) dari kalimat itu adalah hayam (ayam). Maka saya gunakan gambar dari wangsal itu (ayam) sebagai bentuk dasar lukisan kaligrafi saya.

Menulis Aksara Sunda sebagai panduan

Menuliskan kalimat yang akan digambar pada kertas sketsa sangatlah penting. Hal ini bertujuan untuk memeriksa apakah ada aksara yang terlewat atau tidak. Kalau sudah dituangkan dalam gambar, biasanya ada bagian-bagian aksara yang kurang jelas atau terlewat. Maka dengan tulisan pemandu ini, kita dapat memeriksa kembali hasilnya.

Membuat Sketsa

Setelah ide didapatkan, barulah saya membuat sketsa gambar ayam. Alat dan bahannya cukup sederhana yaitu dua lembar kertas HVS, pensil, penghapus dan spidol hitam. Tidak seluruh bagian ayam saya gambar dengan detail. Cukup bagian utama saja yang menonjolkan ciri dan karakteristik dari seekor ayam. Dalam fikiran saya ayam (jantan) pasti memiliki jengger, badan tegap, ekor panjang dan taji pada kakinya. Saya kira itu cukup untuk membedakan gambar ayam yang saya buat dengan gambar hewan lain, bebek atau burung misalnya. Saya buat bagian itu terutama pada garis luarnya saja (outline), sebagai dasar untuk mengisinya dengan rangkaian aksara sunda.

Mengisi garis dasar (outline)

Sekarang saatnya bentuk dasar dan konsep kalimat yang sudah kita buat tadi, dipadukan ke dalam sebuah bentuk. Proses ini memerlukan daya imajinasi untuk menggabungkan bentuk gambar dan kalimat dalam aksara Sunda. Yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah tingkat keterbacaan aksara. Jangan sampai karena ingin mengejar bentuk, aksaranya menjadi berubah bentuk secara drastis dan cenderung menjadi bentuk aksara yang lain. Jangan ragu untuk menghapus dan menggambar kembali sampai bentuk yang diinginkan tercapai.

Setelah satu jam berkutat dan bolak-balik menggambar dan menghapus, akhirnya gambar sketsa ayam dengan kalimat wawangsalan di dalamnya selesai dibuat. Gambar akhir saya tebalkan dengan spidol dan menghapus sketsa yang dibuat dengan pensil.

Menggambar pada media utama

Media utama yang saya gunakan adalah kanvas dengan cat akrilik sebagai pewarnanya. Kanvas yang digunakan berukuran 40 x 60 cm. Metode untuk menggambarnya yaitu menggunakan skala dari gambar sketsa yang telah dibuat sebelumnya. Proses “penjiplakan” ini menggunakan pensil dan penghapus, sampai gambar sama persis dengan yang dibuat pada sketsa. Kalau pelukis mahir sih, sepertinya langsung membuat sketsa di kanvas saja. Tidak masalah. 🙂

Pewarnaan

Gambar yang telah dibuat ulang pada kanvas selanjutnya kita warnai sesuai dengan yang kita inginkan. Tentunya disesuaikan dengan ide pada materi yang telah kita gali. Karakter cat akrilik cukup membantu dalam proses ini, karena selain dapat digunakan dengan tehnik cat air, juga dapat digunakan seperti cat minyak. Lagi-lagi, proses ini tidaklah sebentar. Perlu satu jam lebih untuk membuat warnanya seperti yang diinginkan. Walau saya masih amatir dalam mewarnai lukisan, hasilna saya kira tidak jelek-jelek amat. Hehe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *