Wawacan Surya Ningrat (buku)

Judul : Wawacan Surya Ningrat
Alih Aksara: Dedi Koswara & Nanin Nurnaningsih
Penerbit: CV Mughni Sejahtera (Bandung)
Tahun terbit: 2009
Jml. Halaman: viii+192

Kairaga.com — Wawacan Surya Ningrat bercerita tentang seorang raja yang bernama Dhuryan yang ingin mempersunting gadis bernama Ratna Ningrum, anaknya Patih Salyanegara dari negeri Dursellan. Ratna Ningrum tidak mau diperistri oleh Raja Dhuryan, menolak lamaran yang telah disampaikan kepadanya, sampai akhirnya Ratna Ningrum pergi meningalkan negeri untuk mengembara.

Dalam pengembaraannya, Ratna Ningrum dipertemukan dengan sorang pemuda bernama Raden Suryaningrat. Mereka jatuh hati dan menjalin hubungan asmara, diketahuilah oleh Raja Dhuryan sehingga membuatnya marah, denan segera memerintahkan patih dan para pembantunya untuk menangkap Suryaningrat. Raden Suryaningrat tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara, namun tidak berapa lama dapat melarikan diri lalu mengembara. Setelah lama mengembara pulanglah ke negaranya dan dipertemukan kembali dengan Ratna Ningrum lalu menikah. Akhirnya, Raden Suryaningrat dinobatkan sebagai Raja Banuningsit menggantikan ayahnya, Raja Suryanegara, yang berkedudukan di daerah Wanagiri.

Edisi alih aksara yang dikerjakan oleh Dedi Koswara dan Nanin Nurnaningsih bedasarkan naskah berbahasa Sunda. Isinya terdiri atas beberapa pupuh. Berturut-turut yaitu pupuh sinom, dangdanggula, kinanti, durma, pucung, pangkur, gambuh, sinom, wirangrong, pangkur, magatru, maskumambang, dangdanggula, kinanti, durma, asmarandana, sinom, dangdanggula, pangkur, durma, pucung, pangkur, asmarandana, ladrang, maskumambang, dangdanggula, jurudemung, wirangrong, kinanti, asmarandana, sinom, mijil, ladrang, kinanti, dangdanggula, asmarandana, pucung, jurudemung, sinom, pangkur, magatru, durma, kinanti, lambang, pangkur, asmarandana, durma, dangdanggula, sinom, kinanti, wirangrong, magatru, pangkur, maskumambang, ladrang, durma, asmarandana, pangkur, dangdanggula, kinanti, magatru, sinom, durma, pangkur, asmarandana, dan kinanti.

Bagian awal:

Pupuh Sinom

  1. Karétana dua belas, pangiringnya Nyai Putri, anu tunggangan pararaja, karu tumut para mentri, pada tunggang kuda putih, ngaléran ka alun-alun, tinggelebur panganggona, nu kasép paginding-ginding, pada dangdan tiheula gagaléongan.
Bagian akhir:

Kinanti

  1. Kembang biru munggang kubur, anging ulah pegat asih, ka Aceuk ti Darussalam, ulah kapalang nya pikir, manuk beureum saba reuma, asa didudutan ati.
  2. Sadaya parantos mundur, henteu kacarios deui, ngan sakitu nyariosna, teu aya kebatna deui, tamat lalakonna Ningrat, jeung Kusumah Ningrum Putri.

Tamat Wallohu Alam Bissawab.

Salah satu versi naskah ini terdapat dalam koleksi naskah Museum Sribaduga Jawa Barat, dengan judul yang sama, Wawacan Suryaningrat.  Ditulis pada kertas Eropa dengan huruf Cacarakan dan menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Untuk mendapatkan buku ini, silakan hubungi langsung penerbit CV Mughni Sejahtera. Alamat JL. Palasari, 22, Malabar, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40262 Telp. (022) 7302326.

Author Avatar
Ilham Nurwansah

Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.

Suka dengan konten Ilham Nurwansah ? Kamu bisa memberikan dukungan dengan mentraktir kopi atau bagikan konten ini di media sosial.

0 comments and 0 replies

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *