Reportase : Arwan Subakti
Medan Merdeka Selatan, Jakarta- Digital Repository of Endanger and Affected Manuscript in Southeast Asia (DREAMSEA) merupakan program kerjasama antara Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM UIN Jakarta dengan Pusat Pengkajian Budaya Manuskrip / Center for the study of Manuscript Culture (CSMC), Universitas Hamburg dan didukung oleh ARCADIA, Inggris.
Acara diselenggarakan di ruang Auditorium Perpusnas lantai 2 Jl. Medan Merdeka Selatan pada hari Rabu (24/1). Turut hadir diantaranya Deputi Bidang Bengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana, Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Muhammad Adlin Sila, Dewan Penasihat PPIM UIN Jakarta Samhari, Kepala Pusat Litbang Lektur & Khasanah Keagamaan Kemenag M. Zein, dan undangan lainnya.
Dalam sambutannya Direktur Eksekutif PPIM Saiful Umam menjelaskan DREAMSEA diinisiasi dua orang filolog Prof. Dr. Jan Van der Putten dari Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) of the University of Hamburg dan Prof. Dr. Oman Fathurrahman dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Program ini akan berlangsung hingga tahun 2022 dengan dukungan dari ARCADIA, sebuah lembaga donor yang berbasis di London dan diprakarsai oleh Rausing dan Peter Baldwin.
Saiful menerangkan DREAMSEA adalah sebuah program penting dalam hal perawatan dan pelestarian seluruh manuskrip khususnya yang berada di kawasan Asia Tenggara. “Adapun bentuk pelestarian manuskrip yang ditawarkan adalah alih media manuskrip ke dalam bentuk digital atau populer disebut dengan ‘digitalisasi manuskrip’,”lanjutnya. DREAMSEA dlam lima tahun kedepan menargetkan untuk menghasilkan sekurang-kurangnya 240.000 gambar manuskrip digital yang berasal dari seluruh kawasan Asia Tenggara.
Tujuan lain yang ingin dicapai dari program DREAMSEA adalah menjadikan manuskrip-manuskrip tersebut menjadi mudah diakses untuk keperluan yang lebih luas. DREAMSEA akan membangun repositori online yang menyediakan data-data seluruh manuskrip yang telah dibuat versi digitalnya. Repositori ini akan berfungsi untuk memudahkan peneliti mendapatkan data-data terkait keragaman manuskrip Asia Tenggara sekaligus melakukan perawatan teks manuskrip melalui kajian akademik maupun populer.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando yang juga sebagai narasumber acara tersebut menegaskan pemerintah sangat mengapresiasi filolog. Perpustakaan Nasional sesuai mandat UU No. 43 Tahun 2007 bahwa pustakawan tugasnya mengumpulkan yang berserakan dan mendiseminasi informasi. Perpustakaan nasional sebagai pusat repositori nasional yg kemudian dikelola dan dapat dimanfaatkan untuk masyarakat.
Syarif juga memastikan naskah manuskrip yang berserakan dapat dipahami informasinya oleh masyarakat karena naskah-naskah tersebut memiliki nilai kebudayaan yang luhur yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Pemerintah harus bekerjasama dengan semua pihak untuk mengkaji naskah kuno dan diambil informasi mengenai nilai-nilai luhur yang tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia. Syarif mendukung upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional untuk memfasilitasi dan menjembatani pelestarian naskah-naskah kuno. “Mari pemerintah, parlemen dan masyarakat bekerjasama dan membangun kekuatan dalam pelestarian manuskrip,” tutupnya.
Adapun seminar diisi oleh narasumber Kaperpusnas RI Muhammad Syarif Bando, Kasubbid Sejarah Nasional Kemendikbud Suharja, Ketua Umum Masyarakat Penaskahan Nusantara Munawan Kholil. Aacara dipandu oleh Filolog Naskah Sunda sekaligus Pustakawan di Perpusnas Aditia Gunawan.

dok. Aditia Gunawan
sumber: http://perpusnas.go.id/2018/01/seminar-dan-peluncuran-program-digital-repository-of-endanger-and-affected-manuscript-in-southeast-asia-dreamsea/