Oleh Siti Aisah

Edi Dolan (dok. Kairaga.com)
Kairaga.com – Edi Dolan yang kerap disapa Edo atau “Ki Domas”, adalah seniman memiliki yang memiliki banyak talenta, mulai dari melukis, memahat, menulis puisi, bermain teater hingga membaca naskah kuno. Keahlian lainnya adalah menuangkan aksara-aksara Nusantara di atas kertas daluang dalam bentuk kaligrafi, baik itu berupa teks atau merangkai aksara menjadi sebuah figur.
Walaupun kini Edo berdomisili di Bandung, ternyata dia menghabiskan masa sekolahnya di Jawa Tengah. Barulah setelah sang ayah pensiun dari TNI pada tahun 1990, Edo beserta keluarga memutuskan pindah ke Bandung. Di Bandung dia dan seniman-seniman lainya mendirikan komunitas “Gerbong”, yang pada akhirnya cukup tersohor di sana. Komunitas Gerbong sering mengadakan pameran dari gang-gang sempit hingga kampus ternama, karya-karya mereka banyak yang mengandung kritik sosial.
Pria kelahiran Jepara 10 April 1969 ini mengenal aksara Sunda pada tahun 2005 dari gambar kaos yang digunakan oleh salah seorang temannya. Setelah mengetahui bahwa aksara Sunda bukan hanya Cacarakan, dia mulai mencari informasi dan belajar dari teman-temannya dari kalangan filologn. Dia pun rajin mendatangi museum-museum. Pada tahun 2007 dia mengenal daluang melalui Dr. Tedi Permadi, M.Hum, di sebuah pameran aksara Sunda yang menggunakan daluang sebagai medianya.

Kaligrafi pada media kertas daluang karya Edi Dolan (dok. Kairaga.com)
Daluang (Mulberry Paper) merupakan kertas yang dibuat dari kulit pohon Saéh (Broussonetia papyryfera Vent). Atas dedikasinya melestarikan serta menggunakan daluang sebagai media lukisnya, pada tahun 2014 dia ditetapkan sebagai maestro daluang oleh Kemendikbud RI.
Sejak pertama kali dia melakukan pameran hasil karya-karyanya pada tahun 1990 hingga tahun 2018 ini, sekitar 80 pameran yang telah dia lakukan secara pribadi maupun berkolaborasi dengan sesama seniman dan filolog. Edi Dolan dapat dihubungi melalui laman Facebook-nya: https://www.facebook.com/edi.dolan.