
Kairaga.com — Salah satu kelomok koleksi pustaka yang dimiliki oleh Perpusnas RI yaitu manuskrip atau naskah kuno. Naskah-naskah kuno yang tersimpan dapat diakses oleh masyarakat umum secara gratis, dengan syarat telah menjadi anggota Perpusnas RI. Prosedurnya mudah dan tanpa dipungut biaya.
Pada bulan September lalu, saya diundang untuk mengisi kegiatan workshop penyalinan naskah lontar Sunda kuna. Dalam kesempatan itu, saya menyempatkan diri untuk melihat koleksi naskah langka Nusantara yang berada di lantai 9 gedung Perpusnas baru. Aksesnya mudah, hanya dengan mengisi formulir yang disediakan, lalu menentukan judul dan nomor koleksi dalam katalog yang disediakan, petugas yang ramah akan membantu kita menemukan naskah yang diminta. Sedangkan kartu anggota Perpusnas, sementara disimpan oleh petugas sebagai bukti peminjaman.
Sebagai informasi untuk diketahui oleh masyarakat luas, disediakan leaflet dan media informasi lainnya mengenai prosedur dan profil layanan koleksi naskah Nusantara ini. Dalam tulisan ini saya akan menyampaikan kembali informasi dalam leaflet yang disediakan oleh Perpusnas secara gratis di lantai 9.
Layanan Koleksi Naskah Nusantara
Koleksi naskah kuno Nusantara ditulis dalam berbagai aksara dan bahasa. Untuk aksara daerah berupa aksara Jawa, Jejawen, Sunda Kuno, Bali, Bugis, Batak, Lampung dan Incung, sedangkan aksara lainnya terdiri dari aksara Arab, Arab Pegon, dan Latin. Bahasa Jawa, Jawa Kuno, Bali, Sasak, Bugis, Sunda, Madura, Lampung, Batak, Rejang dan lain-lain merupakan bahasa yang banyak digunakan pada naskah Nusantara.
Naskah-naskah mengandung subjek yang beragam, antara lain; keagamaan, sejarah, sastra, bahasa, pengobatan, arsitektur dan tata kota, sistem administrasi, kesenian, teknologi, pertanian, perbintangan, mantra dan lainnya.
Koleksi naskah Perpustakaan Nasional mulai dikumpulkan sejak 200 tahun lalu atau sejak berdirinya Koninklijk Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tanggal 24 April 1778. Sebagian besar di antaranya hasil pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Cohen Stuart, Von de Wall, Van de Tuk dan Aryati Soedirjo, serta KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Koleksi naskah Nusantara tertua adalah Kakawin Arjunawiwaha 1344 menggunakan aksara Sunda kuno.
Penyusunan koleksi Naskah Kuno Nusantara di Perpustakaan Nasional dikelompokkan berdasarkan aksara dan kolektornya, yaitu ML untuk naskah Melayu, SD untuk naskah Sunda, A untuk naskah Arab dan lainnya. Sedangkan berdasarkan kolektornya, misalnya, Br singkatan dari Brandes, CS singkatan dari Cohen Stuart, W singkatan Von de Wall, dan lainnya. Jan Laurens Andries (J.L.A.), Brandes dan Abraham Cornelis (A.B.) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1994 menghibahkan sejumlah 67 naskah pesantren dengan nomor panggil AW.
Perpustakaan Nasional sampai tahun 2017 memiliki koleksi 11.133 naskah. Seluruh naskah Nusantara yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan media yaitu naskah kertas dan non kertas. Naskah kertas sendiri dapat dibedakan menajdi dua yaitu naskah kertas berjilid dan naskah kertas lepas yang tersimpan dalam peti Koleksi Naskah lebih dari 80 persen terbuat dari bahan kertas, baik kertas impor (Eropa) maupun kertas lokal (daluwang). Untuk naskah non kertas tidak lebih dari 20 persen berasal dari bahan yang unik, yaitu; lontar, gebang (nipah), bambu, labu hutan, rotan, tulang dan kulit kayu serta kulit binatang.
Sejak tahun 1980 terdapat penambahan naskah baru dengan kode NB dan pada bulan November 2016 Perpustakaan Nasional menerima hibah dari Ecole Francaise d’Extreme Orient (EFEO) sejumlah 14 naskah, sehingga pada tahun 2017 seluruh naskah NB berjumlah 1.682 naskah.
Koleksi naskah unggulan Perpustakaan Nasional antara lain 4 (empat) buah naskah Nusantara yang telah mendapatkan pengakuan dunia (Sertifkat UNESCO) yang telah menjadi Memory of the World, yaitu La Galigo (2012), Kakawin Nagarakertagama (2013), Babad Diponegoro (2013), dan Cerita Panji (2017).
Perpustakaan Nasional memiliki Kakawin Sutasoma dan di dalamnya pada pupuh 139 bait 5 terdapat kutipan frasa “Bhineka Tunggal Ika”. Selain itu terdapat juga naskah-naskah Nusantara unggulan lainnya; Serat Pararaton, Babad Tanah Jawi, Nskah Dampati Lalangon, Naskah Surek Baweng, Pustaha Laklak, Serat Centini, Al Quran dari Aceh dan Banten, serta sejumlah manuskrip asing berasal dari Arab, Myanmar, Siam, Kamboja, Jepang dan Cina.
Layanan Koleksi Naskah Nusantara merapkan sistem layanan tertutup and hanya boleh dibaca di tempat. Pemustaka dan seluruh masyarakat Indonesia dapat datang langsung ke lantai 9 serta memanfaatkan OPAC di ruang baca untuk menelusur naskah Nusantara, dengan terlebih dahulu menjadi anggota Perpustakaan Nasional RI.
Koleksi naskah yang terdapat di lantai 9 merupakan naskah asli, terjemahan, hasil penelitian, salinan (replika), dan alih media.
Fasilitas
Layanan Koleksi Naskah Nusantara memiliki fasilitas ruang baca yang nyaman untuk dapat dinikmati para pemustaka dalam mencari informasi yang dibutuhkan, antara lain:
- OPAC (Online Public Access Catalog)
- Ruang baca yang luas dan nyaman
- Ruang diskusi kelompok
- Ruang baca khusus
- Komputer
- Area Pamer Naskah Kuno
Jam Buka Layanan
Senin-Jum’at 08.30-18.00 WIB
Istirahat 12.00-13.00 WIB
Istirahat Jum’at 11.30-12.00 WIB
Sabtu-Minggu 09.00-16.00 WIB
Istirahat 12.00-13.00 WIB
Libur Nasional Tutup
Alamat & Informasi kontak
Layanan Koleksi Naskah Nusantara
Gedung Perpustakaan Nasional RI, Lantai 9
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat 10110
Telp. 021-1500912 (Hunting)
www.perpusnas.go.id | info@perpusnas.go.id

(Silakan klik gambar untuk mengunduh liflet/brosur)
Sebagai informasi tambahan, pengunjung diperbolehkan memotret naskah asli yang berada dalam koleksi dengan ketentuan khusus. Apa saja ketentuannya? silakan datang langsung ke Perpusnas RI di waktu luang Anda. Petugas layanan akan membantu kita dengan sangat ramah dan sabar. [INS]