Kairaga.com — Buku Tjarita Parahijangan: Titilar Karuhun
urang Sunda Abad ka-16 Masehi
ini merupakan publikasi hasil penelitian Drs. Atja tahun 1968
terhadap naskah Sunda kuna Carita Parahyangan koleksi
Museum Pusat. Naskah ini sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, Jakarta dengan kode koleksi L 406.
Penerbitan buku ini diusahakan oleh
Yayasan Kebudayaan Nusalarang di Bandung sebagai
upaya sementara untuk
mengumumkan isi naskah Carita Parahiyangan kepada
khalayak luas.
Disertai
dengan seruan bagi
para pecinta sejarah leluhur, agar secepatnya dapat melakukan
penelitian lebih jauh. Isi buku
disampaikan dengan
bahasa Sunda sebagai pengantar dan terjemahan dari teks berbahasa
Sunda kuna. Pada
lampiran disertakan edisi faksimili dari dua halaman naskah lontar.
Dalam bagian pembuka (Bubuka) dijelaskah oleh Drs. Atja bahwa penelitian naskah Carita Parahiyangan telah dimulai oleh K.F. Holle pda tahun 1881. Tetapi tidak berhasil menyusun alur ceritanya. Sarjana lainnya yang telah mencoba memecahkan masalah tersebut, antara lain C.M. Pleyte, R. Ng. Poerbatjaraa, H. ten Dam jeung J. Meskipun demikian hasil dari penelitian mereka terhadap naskah ini masih dalam tahap pencarian dan masih samar.
Berdasarkan tahun “ditemukannya”, naskah Carita
Parahiyangan nyatanya telah lebih tua dibandingkan naskah
Nagarakertagama yang ditemukan oleh J. Brandes pada tahun 1894
di Puri Cakranagara, Lombok. Kemudian dimuat dalam VBG jilid 54 Afl.
1 (1904). Naskah itu hanya terdapat satu buah, dan dalam penelitian
Brandes masih ditemukan bagian-bagian yang sulit untuk diartikan.
Lain halnya dengan naskah Pararaton yang ditemukan lebih dari
satu buah, sehingga ada bahan sebagai perbandingan. Naskah ini juga
digarap oleh J. Brandes dan dibuat dalam VBG jilid 54 Afl. 1(1897).
Edisi kedua diperbaiki oleh N.J. Krom dengan bantuan J.C.G. Jonker,
H. Kraemer dan R. Ng. Poerbatjaraka. Dimuat dalam VBG jilid 62
(1920).
Baik Pararaton maupun Nagarakertagama, hingga sekarang masih dianggap
sebagai “sumber utama” untuk mengungkap sejarah Jawa Timur
abad 12-14 Masehi. Keunggulan lainnya juga ditemukannya
candrasangkala yang melambangkan angka tahun penulisan atau
penyalinannya.
Setelah bertahun-tahun menggarap naskah ini, barulah Drs. Atja dapat
menyusun alur ceritanya dengan benar. ia yakin bahwa naskah ini dapat
digunakan sebagai sumber penelitian sejarah pulau Jawa bagian barat,
yaitu yang melingkupi wilayah Tatar Sunda sebelah timur dan Jawa
Tengah bagian barat.
Nilainya secara sumber sejarah, tentu tidaklah berada di bawah
Pararaton. Sedangkan kekurangannya, terutama tidak mengandung
candrasangkala, tetapi menyebutkan lamanya para raja dalam memangku
kekuasaannya.