Komunitas Jatinangor Aksara Sunda (JAS) mengadakan acara Bincang Komunitas melalui live Instagram, Sabtu 17 Desember 2022. Tema yang diangkat adalah strategi pembelajaran aksara Sunda di sekolah.
Bincang Komunitas merupakan program baru yang diadakan oleh komunitas JAS. Isi dari acara tersebut adalah bincang-bincang atau ngobrol santai bersama para pegiat aksara Sunda, guru, komunitas aksara Sunda dan masyarakat umum di Jawa Barat. Bincang-bincang dengan para narasumber tersebut antara lain seputar pengalaman dan peran aktif dalam pembelajaran aksara Sunda yang inspiratif dan menarik untuk disimak.
Episode pertama Bincang Komunitas ini menghadirkan satu narasumber yang aktif dalam bidang aksara Sunda, yaitu Ibu Yani Kurniati, S.Pd.I., M.Pd.. Ia merupakan seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 081 Kebon Gedang Kridawinaya, Kota Bandung dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pajajaran.
Yang menarik, beliau mempunyai latar belakang pendidikan yang bertolak belakang. Semasa kuliah S-1 beliau mengambil program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), begitu pun dengan S-2 mengambil jurusan yang sama. Namun saat ini justru beliau mengajar bahasa Sunda dan aksara Sunda.
Usut punya usut, beliau belajar aksara Sunda secara mandiri sejak tahun 2012. Dengan berbekal buku panduan yang seadanya kala itu, beliau memberanikan diri untuk mengikutsertakan anak didiknya mengikuti perlombaan membaca dan menulis aksara Sunda di tahun yang sama. Lomba kala itu diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung. Namun hasilnya masih nihil, dikarenakan proses pembelajaran yang sangat singkat dan belum sepenuhnya memahami kaidah-kaidah penulisan aksara Sunda. Pada tahun berikutnya, 2013, beliau mengikutsertakan muridnya kembali dalam lomba aksara Sunda dengan hasil yang memuaskan.
Saat ditanya perihal kesuksesannya hingga bisa mengantarkan anak muridnya berprestasi, baik di tingkat kota dan provinsi, beliau membagikan cara atau metode yang diajarkan kepada murid-muridnya.
“Untuk belajar aksara Sunda jangan langsung ke intinya, ajak anak (murid) untuk mengenal aksara Sunda melalui alat peraga yang digunakan sampai anak benar-benar menikmati prosesnya. Setelah dikenalkan seperti itu, baru anak tersebut diajak untuk ke tahap selanjutnya yaitu latihan menulis dan membaca.” ucapnya.
Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran aksara Sunda yakni menggunakan poster aksara Sunda yang didesain semenarik mungkin. Ada juga alat peraga kartu aksara Sunda, yang dimainkan seperti memainkan kuartet yang dibagi-bagi ke beberapa kelompok, ada juga sistem berbaris bergantian satu-persatu.
Kemudian, dibantu juga dengan nyanyian atau lagu aksara Sunda, yang sangat menarik untuk jenjang anak Sekolah Dasar (SD). Bahkan, siswa jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun tertarik dengan lagu aksara tersebut. Memang, ketika belajar melalui lagu atau nyanyian akan lebih cepat hafal. Lalu ada juga buku-buku cerita beraksara Sunda yang diperuntukkan bagi mereka yang sudah bisa aksara Sunda untuk melancarkan membaca aksara Sunda.
Buktinya, dengan menggunakan metode tersebut, hasilnya sangat terlihat. Selain berbagai prestasi yang sudah diraih di tingkat kota dan provinsi, juga semakin banyak siswa yang berminat untuk belajar aksara Sunda. Bahkan, bukan hanya murid-murid di sekolah saja, tetapi juga orang tua murid ikut ambil bagian mempelajari aksara Sunda.
“Kalau ada pelatihan aksara Sunda baiknya langsung dari tingkat Provinsi yang mengadakan. Karena sudah banyak yang tertarik ingin belajar aksara Sunda, baik itu dari kalangan guru-guru bahkan para pejabat dari Dinas, namun sampai saat ini masih wacana, belum ada praktiknya langsung.” Ujar Ibu Yani.
Bahkan menurutnya, sekarang ini di beberapa sekolah di kota Bandung diadakan ekstra kurikuler aksara Sunda. Ibu Yani sendiri mengajar ekskul tersebut, bukan hanya di sekolah tempat mengajar saja, akan tetapi mengajar ekskul aksara Sunda di sekolah lain.
“Adanya ekskul aksara Sunda merupakan salah satu dampak dari diadakannya program FTBI (Festival Tunas Bahasa Ibu) yang diadakan rutin setiap tahunnya oleh Balai Bahasa Jawa Barat. Perlombaan aksara Sunda menjadi salah satu mata lomba dalam kegiatan tersebut. Jadi setiap sekolah ingin juga mengirimkan perwakilan dari sekolahnya.”
Acara Bincang Komunitas yang dimulai dari pukul 19.30 itu berakhir di pukul 20.45 WIB. Antusias para pemirsa di live Instagram juga lumayan. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Pada sesi terakhir Bincang Komunitas, Ibu Yani menyampaikan bahwa beliau sangat senang dengan perkembangan aksara Sunda pada masa sekarang ini. Banyak anak muda yang tertarik untuk ikut belajar dan melestarikan aksara Sunda. Besar harapan semakin banyak lagi yang peduli terhadap aksara Sunda serta semakin banyak kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yang berkaitan dengan pelestarian aksara Sunda terutama di lingkungan sekolah.
Photo Credit: Seluruh foto di dalam artikel ini merupakan arsip pribadi Yani Kurniati.
Susilawati atau akrab disapa Téh Usi merupakan alumnus Sastra Sunda Unpad yang menjadi founder komunitas Jatinangor Aksara Sunda (JAS). Selain aktif mengadakan kegiatan pelestarian aksara Sunda bersama komunitas, Teh Usi juga merupakan pengajar Bahasa Sunda di salah satu sekolah di Kota Bandung.