Indonesia kehilangan seorang sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia akademik dan budaya dengan wafatnya Prof. Dr. Titik Pudjiastuti, seorang Guru Besar Ilmu Sastra dan ahli dalam bidang filologi serta kodikologi. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melestarikan kekayaan naskah Nusantara, dan beliau juga merupakan dosen yang disayangi di Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Prof. Titik berpulang pada Senin, 21 Oktober 2024, di RS Mitra Keluarga Bintaro. Dedikasinya yang tak kenal lelah untuk melindungi teks-teks bersejarah Indonesia telah meninggalkan jejak yang abadi.
Awal Karier yang Tak Terduga dalam Dunia Akademik
Karier akademik Prof. Titik tidak selalu diarahkan pada sastra. Awalnya ia berkuliah di Fakultas Ekonomi UI, namun akhirnya pindah ke Fakultas Ilmu Budaya (sebelumnya Fakultas Sastra) atas dorongan ibunya, Ngastiah. Sang ibu berharap agar Titik, layaknya para peneliti asing, dapat meneliti budaya Indonesia yang kaya. Keputusan ini mengubah Titik dari seorang mahasiswa ekonomi yang pendiam menjadi sosok aktif di dunia akademik, dengan ketertarikan yang mendalam pada filologi ketika menulis skripsi tentang Serat Yusuf. Ketertarikannya semakin kuat saat studi magisternya di Universitas Leiden, Belanda, di mana ia memperdalam keahliannya dalam filologi dan kodikologi, ilmu yang berfokus pada aspek fisik manuskrip. Keahliannya ini membantunya dalam menelusuri usia dan asal naskah, serta menjadikannya pengaman naskah Nusantara dari kerusakan atau penyelundupan.
Peran Besar dalam Program DREAMSEA
Dedikasi Prof. Titik untuk melestarikan manuskrip terlihat dari keterlibatannya sebagai pakar akademik dalam DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia). Pada Maret 2022, ia memimpin misi digitalisasi manuskrip langka di Provinsi Lampung, banyak di antaranya belum pernah diteliti sebelumnya. Misinya, yang berlangsung pada 18 hingga 24 Maret, berhasil mendigitalkan 87 manuskrip dengan total 1.709 halaman dari empat koleksi pribadi, mencakup hukum adat, mantra, surat, dan obat tradisional yang ditulis dalam aksara Lampung, Arab, Jawi, dan Latin. Penemuan manuskrip dengan iluminasi unik dalam koleksi Mohamad Zakwan membuka wawasan baru tentang tradisi teks di Lampung, yang beberapa dibuat dari kulit kayu mirip dengan manuskrip Batak.
Prof. Titik juga menjadi mentor bagi peserta DREAMSEA Student Research 2023 serta menjadi pembicara utama di acara seminar dengan tema “Melestarikan Masa Lalu, Merangkul Masa Depan: Mengeksplorasi Keanekaragaman Budaya Asia Tenggara melalui Manuskrip Digital.” Pengalamannya yang luas dalam filologi membuatnya menjadi panutan di bidang ini.
Upaya Pelestarian melalui Digitalisasi
Prof. Titik berkomitmen kuat dalam mendigitalisasi manuskrip untuk menghindari risiko kerusakan atau hilangnya kekayaan naskah. Ia bahkan rela membiayai sendiri proses dokumentasi ini, meski sering menghadapi tantangan ketika masyarakat setempat enggan membagikan naskah yang dianggap sakral. Berkat pendekatannya yang santun, Prof. Titik mendapatkan kepercayaan mereka, sehingga berhasil mendokumentasikan banyak naskah berharga. Ia juga berusaha mendidik pemilik naskah tentang pentingnya pelestarian untuk menjaga warisan intelektual bangsa.
Menjelajahi Kawasan Timur Nusantara
Di akhir kariernya, Prof. Titik mulai menjelajahi wilayah-wilayah Indonesia Timur seperti Papua Barat, Bima, dan Ternate untuk mengidentifikasi manuskrip lokal. Menurutnya, wilayah-wilayah ini menyimpan banyak kekayaan intelektual yang belum tereksplorasi, termasuk naskah yang memuat ilmu praktis seperti pengobatan ternak, yang mencerminkan kearifan leluhur bangsa Indonesia.
Warisan yang Tak Terlupakan
Prof. Dr. Titik Pudjiastuti telah memberikan kontribusi besar dalam pelestarian manuskrip Nusantara. Dedikasinya pada bidang filologi, kodikologi, serta digitalisasi naskah telah memperkaya pemahaman kita terhadap warisan intelektual Indonesia. Meski kepergiannya menjadi kehilangan yang mendalam, semangat dan ilmunya akan terus menginspirasi generasi mendatang.
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.