Sayangnya, Noorduyn berpulang sebelum sempat mengumumkan penelitiannya yang menyeluruh atas naskah ini. Untunglah, seorang sahabat yang juga peminat budaya Sunda dan Nusantara berkebangsaan Belanda, A. Teeuw melengkapi kajian-kajian Noorduyn atas tiga puisi Sunda kuna (termasuk Bujangga Manik) dan kemudian diterbitkan dalam bukunya ‘Three Old Sundanese Poem’ (2006). Noorduyn dan A Teeuw memperkirakan bahwa kisah perjalanan Bujangga Manik berlangsung (atau ditulis?) pada masa Kesultanan Malaka masih menguasai jalur perniagaan Nusantara, sebelum jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Seperti umum diketahui, bahwa Malaka menguasai jalur perniagaan sejak tahun 1440. Dalam rentang waktu itulah kiranya, perjalanan suci Bujangga Manik berlangsung.
Memory of the World
Sejak Indonesia menjadi bagian dalam MOW pada tahun 2006 (dengan terbentuknya Komite Nasional MOW), sampai saat ini setidaknya telah didaftarkan tiga karya unggulan bangsa Indonesia, yaitu Negarakretagama (Manuskrip berbentuk Kakawin berbahasa Jawa Kuno), I La Galigo (Karya prosa lirik panjang asal bugis), dan Mak Yong (Kesenian Melayu). Pada tahun ini pun sedang diupayakan Babad Diponegoro untuk dijadikan Memory Of The World.
Menurut hemat penulis, naskah Bujangga Manik merenah pisan apabila terdaftar sebagai salah satu masterpiece melalui MOW ini. Bagaimanapun, BM merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Sunda dan Nusantara yang mampu ‘mengembalikan’ ingatan urang Sunda pada masa lalunya, menyembuhkan amnesia terutama kepada tempat-tempat yang pernah ia singgahi. Simak saja catatannya dalam perjalanan melalui citarum: “leumpang aing ka baratkeun/ datang ka bukit Paténggeng/ Sakakala Sang Kuriang/ masa dék nyitu Ci-Tarum/ burung tembey kasiangan”. Dari sekelumit catatan itu jelas sudah bahwa kisah legenda Sangkuriang membuat bendungan telah ada sekurang-kurangnya pada abad ke 16, dan ingatan itu tetap melekat pada urang, Sunda, berabad-abad lamanya.
Naratas Jalan
Dari gambaran singkat diatas, kiranya kita bisa ngabungbang naratas jalan, menjadikan naskah ini bagian dari dunia melalui Memory of the World yang menjadi program UNESCO. Tarekah untuk itu bisa dimulai dengan membentuk komite local yang terdiri dari para ahli, praktisi, budayawan, dan pemangku kebijakan tingkat lokal. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud, bukan Disbudpar), peneliti, filolog, akademisi dan lembaga pendidikan seperti UNPAD, UPI, UNPAS, dan UIN bisa bersinergi merumuskan langkah-langkah strategis sekaligus mempersiapkan semua keperluan teknis yang dibutuhkan, untuk kemudian diajukan kepada Komite Nasional. Komite nasional sendiri terdiri dari lembaga-lembaga, baik pemerintah maupun swasta, seperti LIPI, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Musium, Media Cetak dan Elektronik, Swasta dan Perguruan Tinggi. Barulah kemudian, Komite Nasional melanjutkan pada Komite Internasional.
Secara formal, poin-poin justifikasi kelayakan terhadap naskah BM tidak perlu disangsikan. Keotentikan naskah ini telah dibuktikan dengan cukup memuaskan oleh telaahan Noorduyn dan Teeuw sejak tahun 1968, bahkan data-data yang terdapat di dalamnya telah dimanfaatkan oleh disiplin lain. Signifikansi dan keunikan naskah BM telah memenuhi syarat karena di dalamnya berisi rekaman perjalanan, gambaran geografis, sosial, kehidupan keagamaan, yang ditulis berdasarkan kesaksian seorang pribumi. Jangan lupa pula bahwa Bujangga Manik, layaknya Mpu Prapanca yang menggubah Nagarakretagama, dengan penuh kesadaran mempunyai visi jauh ke depan untuk generasi selanjutnya ketika ia menegakkan lingga dan membuat arca “(nu peundeuri).
Memang agak disayangkan, bahwa naskah Bujangga Manik pada kenyataannya bukan milik lembaga penyimpanan di Indonesia. Ia tersimpan dalam sebuah tempat penyimpanan nun jauh di Oxford, Inggris sana. Tapi ketika kita membaca kisahnya yang mengagumkan, dengan ungkapan Sunda bihari yang sebagian masih dapat dikenali oleh orang Sunda kiwari, membuat kita (baca: urang Sunda) bergumam dalam hati “Ini adalah milik kita”.
Pustakawan dan kurator naskah di Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Fokus penelitiannya adalah teks-teks Sunda Kuno & Jawa Kuno. Menyelesaikan studi master di bidang teks dan linguistik di Institut National des Langues et Civilisations Orientales (INALCO, Paris) (2016). Saat ini sedang studi S-3 di École Pratique des Hautes Etudes (EPHE, Paris) dalam rangka proyek DHARMA dengan beasiswa dari EFEO Paris.
menarik sekali gagasannya…