Kairaga.com – Tradisi penulisan dan penyalinan naskah lontar Sunda diketahui keberadaannya dari puluhan naskah kuno yang tersimpan di Perpustakaan Nasional, Kabuyutan Ciburuy dan beberapa lembaga di luar negeri. Penelitian naskah-naskah Sunda kuno telah dikerjakan sejak tahun 1870-an, baik oleh para sarjana asing maupun sarjana dari Indonesia. Hingga saat ini penelitian terus dilakukan dan telah dihasilkan beberapa terbitan edisi teks dari naskah-naskah tersebut.
Kegiatan penulisan atau penyalinan lontar diperkirakan telah punah hingga akhir abad ke-17 atau abad ke-18. Informasi penulis atau penyalin terakhir yang diketahui melalui karyanya dan keberadaan keturunannya yaitu Kai Raga. Ketika Raden Saleh berkunjung ke sebuah tempat yang di sana terdapat bangunan berisi puluhan naskah lontar kuno, ia berjumpa dengan seseorang yang mengaku cicit dari Kai Raga.
Setelah lebih dari dua abad tradisi penulisan dan penyalinan lontar Sunda dianggap punah, dalam Festival Naskah Nusantara ke IV dihadirkan kembali upaya penyalinan lontar Sunda. Kegiatan workshop dilaksanakan tanggal 16-22 September 2018 oleh Perpustakaan Nasional RI, Jakarta. Di samping itu, workshop lain yang disertakan dalam FNN IV yaitu pembuatan kertas tradisional daluang, pembuatan wayang beber, pembuatan topeng kayu dan motif wayang kulit, penyalinan naskah lontar Bali, penyalinan naskah Melayu dan digitalisasi naskah kuno.
Penyalinan lontar Sunda kuno diinisiasi oleh Ilham Nurwansah setelah melalui penelitian dan ujicoba yang cukup panjang, dibantu oleh filolog Dr. Tedi Permadi, M. Hum. Upaya tersebut juga merupakan salah satu program yang didukung oleh Manassa Jawa Barat. Bahan lontar dipesan khusus dari Bali, sedangkan alat tulis berupa péso pangot dibuat khusus melalui rekonstruksi dari artefak yang terdapat di situs Kabuyutan Ciburuy, Garut. Walaupun metode penulisan mirip dengan di Bali, namun untuk menghasilkan karakteristik aksara Sunda kuna, digunakan teknik tertentu yang sedikit berbeda.
Naskah hasil salinan yang dipamerkan antara lain Kawih Paningkes, Sanghyang Jati Maha Pitutur, Pituturning Jalma, dan Carita Parahyangan. Selain itu ditampilkan satu salinan lontar berisi jawokan Indramayu karya Ki Tarka. Selama workshop berlangsung, Ilham didampingi dua orang penggiat penyalinan lontar Sunda, yaitu Hady Prastya dan Ahmad Rijal Nasrullah. Antusiasme yang tinggi terlihat dari kunjungan peserta workhop ke stan untuk melihat proses penyalinan dan mempelajari tata tulis aksara Sunda. Jika Anda tertarik untuk mengikuti atau mengadakan workshop serupa, silakan hubungi Kairaga Institute melalui laman kontak. [*INS]
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.