Buku Carios asal usulna Wayang Lilingong Jeung Lalakon-Lalakonna karangan R.O. Natadisastra merupakan sebuah hasil penelitian naskah wawacan Sunda berjudul Wayang Lilingong dengan nomor koleksi SD 211. Penelitian dikerjakan oleh Evi Fuji Fauziyah dan Aditia Gunawan. Diterbitkan pada tahun 2020 oleh Perpusnas Press. Penerbitan suntingan disertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia atas naskah yang berisi keterangan tentang wayang lilingong kiranya bermanfaat karena dokumen inilah satu-satunya yang memuat dokumentasi wayang lilingong paling lengkap.
Di dalam buku ini dijelaskan sejarah keberadaan pertunjukan wayang lilingong dalam kebudayaan Sunda secara umum. Menurut keterangan dalam naskah, wayang lilingong hanya ada di wilayah Cianjur, tetapi berdasarkan keterangan dari Poesaka Soenda (1925), konon di daerah Luragung Kuningan kala itu wayang lilingong masih dimainkan.
Meskipun teks dalam naskah jauh lebih lengkap daripada yang terdapat dalam Poesaka Soenda, terdapat bagian-bagian penting yang ada dalam Poesaka Soenda tetapi tidak ada dalam naskah, misalnya keterangan bagaimana dalang memperlakukan wayang ketika adegan peperangan. Setelah penjelasan tentang sejarahnya, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi naskah beserta ringkasan isi teks. Dua bab berikutnya berisi suntingan dan terjemahan teks Carios Asal-usulna Wayang Lilingong.
Penyusun menyatakan bahwa naskah yang berisi teks Wayang Lilingong terdapat dalam koleksi Perpustakaan Nasional bernomor SD 211. Dalam deskripsi yang dibuat oleh Ekadjati diberi judul “Carios Asal-Usul Wayang Lilingong”, yang memang merujuk judul pada halaman awal pada naskah CARIOS ASAL-USULNA WAYANG LILINGONG SARENG LALAKON-LALAKONNA.
Naskah ditulis dalam kertas folio bergaris, beraksara Latin dan ditik. Kertas berukuran 34, 5 x 21,5 cm, sementara ruang tulis berukuran 29,5 x 15 cm. Naskah terdiri dari 50 halaman, setiap halaman terdiri dari 36–37 baris. Teks ditulis pada 27 Mei 1928 oleh R.O Natadisastra. Pada awal teks disebutkan bahwa tulisan disusun berdasarkan perintah Profesor Dr. B. Schrieke (conservator Ethnografische – Verzameling di Museum Kon. Bat. Gen. Van. K. en W. di Weltevreden). Sedangkan, catatan dalam Poesaka Soenda lebih dulu terbit yakni tahun 1925. Keduanya sama-sama memuat tentang Wayang Lilingong, bahkan dalam pengantarnya Natadisastra mengatakan Naskah Wayang Lilingong yang beliau tulis sedikit mengacu pada artikel “Wayang Lilingong: dalam Poesaka Soenda tahun 1925.
Adapun catatan mengenai siapa Raden Natadisastra sangatlah sedikit. Dalam buku Notulen van de Algemenee en Directievergaderingen Bataviaasch Genootschap (1918), terdapat satu paragraf laporan keuangan tentang gaji Natadisastra, yang akan dinaikan sejak 1916, terutama jika performa kerja beliau bagus maka gajinya akan naik. Natadisastra merupakan seorang juru tulis di Bataviaasch Genootschap.
Bagaimana cara mendapatkan buku ini?
Buku ini tersedia di lantai 9 Perpustakaan Nasional RI, yaitu di Layanan Koleksi Naskah Nusantara dan bisa didapatkan dengan gratis selama persediaan masih ada. Selain itu, edisi digital buku ini juga tersedia di website Perpusnas Press dan dapat dibaca atau diunduh secara gratis. Silakan buka link di bawah ini untuk membaca selengkapnya:
https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?id=398
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.