Bahasa Sunda Kuna atau basa Sunda buhun merupakan sebuah dialek temporal dari bahasa Sunda yang digunakan saat ini. Penggunaannya terutama ditemukan pada naskah-naskah lontar dan gebang, serta prasasti yang bertitimangsa dari abad ke-14 hingga abad ke-18 awal. Bahasa ini digunakan dalam berbagai teks puisi maupun prosa dengan macam-macam subyek seperti mantra, risalah keagamaan, silsilah, kisah maupun kosmologi.
Sejak abad 19 penelitian terhadap bahasa Sunda Kuna telah dilakukan, mulai dari penerbitan suntingan dan terjemahan dari beberapa naskah maupun prasasti Sunda kuna. Dalam penelitian-penelitian itu umumnya dicatatkan glosarium yang memuat sebagian besar kosakata penting dan dianggap khas Suunda Kuna dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Glosarium yang dimuat dalam penelitian-penelitian awal teks Sunda kuna itu pernah dikumpulkan oleh Hermansoemantra dkk. Tahun 1986/1987 menjadi sebuah kamus, yaitu Kamus bahasa Sunda Kuno-Indonesia. Korpusnya diambil dari naskah Carita Ratu Pakuan, Carita Parahiyangan, Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Belakangan, tahun 2003 terbit juga KBSKI : Kamus bahasa Sunda Kuno Indonesia yang disusun oleh Elis Suryani dan Undang A. Darsa. Kamus-kamus tersebut umumnya dicetak dalam jumlah terbatas dan saat ini sudah tidak beredar di pasaran.
Pengkajian teks Sunda kuna akhir-akhir ini semakin banyak dilakukan tidak hanya oleh peneliti naskah kuno (filolog) tetapi juga oleh masyarakat yang lebih luas. Hal ini tampak dalam postingan-postingan media sosial yang semakin cenderung menghadirkan edisi-edisi teks Sunda kuna, walaupun sering kali tanpa menyertakan rujukan yang jelas. Beberapa artikel atau opini yang berisi interpretasi terhadap teks Sunda kuna saat ini dengan mudah bisa ditemukan dengan kata kunci sederhana melalui mesin penelusuran.
Sayangnya, sumber kamus atau glosarium bahasa Sunda kuna yang ada belum memadai jika dibandingkan dengan arus informasi ke-Sunda kuna-an yang semakin deras. Paling tidak, sumber kamus atau glosarium yang mudah diakses melalui internet dapat menjadi sebuah jendela yang bisa menerawang kosakata bahasa Sunda kuna, dapat membantu pemahaman yang lebih mendalam dan tidak memberikan kesan yang bias.
Saya dan rekan-rekan di grup Whatsapp ‘Tadarus Sunda Kuna’ memiliki ide untuk menghadirkan glosarium Bahasa Sunda Kuna yang mudah diakses dengan tetap memberikan panduan terhadap rujukan yang jelas dari terbitan sumber-sumber penelitian naskah Sunda kuna yang telah ada sebelumnya. Setiap lema harus bisa kembali dirujuk ke penelitian sebelumnya, atau bahkan lebih baik lagi jika bisa dirujuk ke naskahnya dan baris di halamannya jika memungkinkan.
Untuk itu, situs Kairaga.com menghadirkan halaman “Glosarium” yang berisi kumpulan kosakata Sunda kuna dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia agar bisa diakses dan dirujuk dengan lebih mudah oleh masyarakat luas. Saat ini pengembangan dilakukan secara bertahap dari sumber-sumber yang bisa diraih. Glosarium ini tidak menggunakan kamus bahasa Sunda kuna yang sudah ada, tetapi menggunakan sumber penelitian-penelitian primer teks Sunda kuna yang telah terbit. Maksudnya adalah agar mendapatkan gambaran terhadap perkembangan pemberian makna dan inventarisasi kata yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Harapan dari dibuatnya fitur halaman “Glosarium” ini adalah agar masyarakat lebih mudah merujuk sumber awal terjemahan kosakata bahasa Sunda kuna. Dengan demikian, diharapkan masyarakat mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap makna kata dalam bahasa Sunda kuna.
Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.
Ayenamah seer urang sunda tapi teu tiasa maca aksara sunda. contohna abi kang hahaha
Muhun, numawi urang sasarengan diajar nya Kang Ryan. 🙂
katampi, kaanggo pisan kang. Hatur nuhun. Langkung saé diayakeun ogé tanda kanggo kecap anu jolna ti Sansekerta.
Sumuhun, hatur nuhun, Kang. Ka payunna tangtos teras dimekarkeun.